K-BioBoost - More information

K-BioBoost - More information
Untuk informasi seputar K-BioBoost...klik disini..

Sehat dengan sayuran organik.

Si Peyot pun Kembali Dilirik

Wortel-wortel itu memang kurang seksi. Bentuknya kadang peyot, tidak gendut, dan juga tidak mulus menggoda seperti wortel yang biasa dipajang di etalase supermarket. Tapi, jangan keliru, justru yang peyot itulah yang kini banyak dicari konsumen di Jakarta dan kota besar lainnya. "Itu wortel organik," kata Melly Manuhutu, 28 tahun. Artis penyanyi ini gandrung berat pada produk pertanian yang bebas racun pestisida. Tidak tanggung-tanggung, sejak setahun lalu, perempuan kelahiran Ambon ini serius berbisnis sayuran organik. Bersama sang suami, Pracaka Kasmir, dia mengelola ladang seluas tiga hektare di Desa Ciburial, Puncak, Jawa Barat. Hasilnya, 45 jenis sayuran organik dipasarkan sendiri oleh Melly-Pracaka. "Kami jualan dari pintu ke pintu, lo," kata Melly sambil tersenyum lebar. Tunggu dulu. Jangan membayangkan nyonya muda nan seksi itu berjualan sayur seperti si mbok berkain panjang di pasar tradisional yang becek. Melly menjajaki pasar yang lebih berkelas seperti restoran, kalangan ekspatriat, selebriti, dan ibu-ibu yang peduli kesehatan. Setiap harinya Melly memasok puluhan kilogram daun selada segar, timun jepang, peterseli, seledri, dan bayam untuk berbagai restoran di Jakarta—antara lain Restoran Jepang Aozora, Bakmi Akoen, dan Ayam Goreng Gantari. Betul, produk pertanian organik sedang naik daun di seluruh dunia. Di Amerika, misalnya, pada 1980, pasar sayur dan buah organik hanya senilai US$ 34 juta. Berangsur-angsur permintaan produk organik terus meningkat sehingga, pada 2001, pasar ini telah bernilai US$ 12 miliar. Tren makanan organik bermula pada awal 1980-an, ketika gelombang revolusi hijau dikritik habis-habisan. Program intensifikasi pertanian dengan pupuk dan pestisida kimia ini bermula di Meksiko pada 1944, menyebar ke seluruh jagat dengan sokongan penuh Bank Dunia. Produksi pangan memang meningkat pesat dengan adanya revolusi. Tapi dampaknya pun begitu dahsyat sehingga revolusi hijau disebut-sebut sebagai bencana lingkungan terbesar abad ke-20. Betapa tidak, zat-zat kimia dari pupuk dan pestisida menumpuk di dalam sayur dan buah-buahan. Pelahan-lahan, residu zat kimia itu terakumulasi meracuni tubuh kita. Selain itu, kualitas kesuburan tanah menjadi korban. Unsur hara lapisan tanah atas (top soil)—nitrogen, kalsium, kalium—terkuras habis. Petani pun terpaksa terus-menerus bergantung pada pupuk dan pestisida kimia, yang harganya terus melonjak. Walhasil, banyak petani terjerat pusaran kemiskinan. Indonesia sendiri tersedot gelombang revolusi hijau sejak 1970-an. Pemerintah Orde Baru begitu agresif memaksakan teknologi pertanian ke segenap dusun. Petani yang menolak ikut serta, yang setia bertanam cara kuno dengan bibit lokal dan pupuk kandang, dianggap sebagai pemberontak yang membahayakan pembangunan. Untunglah, di tengah politik pertanian Orde Baru yang mencekik, tetap ada pihak-pihak yang setia menumbuhkan pertanian organik. Romo Agatho Elsener, 71 tahun, warga negara Indonesia kelahiran Italia, adalah contoh yang tak bisa diabaikan. Sesungguhnya Agatho sama sekali tidak punya latar belakang petani. Kakeknya pendiri perusahaan pisau lipat ternama Victorinox di Swiss. Tapi lelaki ini tidak berniat mengeduk uang dengan membuat pabrik pisau yang diwarisinya lebih meraksasa. Dua puluh tahun terakhir, Agatho memilih menjadi petani di Desa Tugu Selatan, Cisarua, Jawa Barat. "Saya cinta tanah dan ingin memuliakannya," katanya. Di area sejuk seluas 10 hektare yang bernama Pertanian Organik Agatho itu dikembangkan 60 komoditas, termasuk padi, jagung, okra, brokoli, juga kentang serta bit. Di sini, setiap jengkal tanah diolah dengan perhatian penuh. Ada 50 karyawan—belasan di antaranya adalah insinyur pertanian—yang hari demi hari memastikan puluhan ribu tanaman diperlakukan selaras dengan alam. Tanaman yang beraroma tajam, misalnya kenikir dan sereh wangi, sengaja dipelihara di sela-sela tanaman lain untuk mengusir hama. Lalu, secara bergantian, petak-petak lahan ditanami Leguminaceae (keluarga kacang-kacangan) demi memelihara kesuburan tanah. "Tanaman ini efektif menangkap unsur nitrogen dari udara," kata Dwipoyono, karyawan Agatho, "Jadi, enggak perlu pupuk nitrogen bikinan pabrik." Pada awal perkembangan ladangnya, 1980-an, Agatho sedikit-banyak juga merasakan tekanan pemerintah Orde Baru. Petugas penyuluh pertanian berkali-kali mendatangi dan mempertanyakan metodenya. Untunglah, dengan nada persuasif, pastor ini bisa menjelaskan makna bertani organik. Si petugas pun manggut-manggut setuju. Dia bilang, kata Agatho menirukan petugas, "Teruskan saja, Romo. Kelak pemerintah pasti akan sadar dan belajar kepada Anda." Benar saja. Setelah Orde Baru tumbang, Mei 1998, tidak sedikit pejabat yang mendatangi Pertanian Agatho. Utusan pemerintah, dari berbagai instansi, hilir-mudik mendatangi Agatho untuk belajar tata-cara bertani selaras alam. Seiring dengan itu, kelompok petani organik pun makin semarak di berbagai tempat, antara lain di Malang (Jawa Timur), Ganjuran (Yogyakarta), Cianjur (Jawa Barat), dan Agam (Sumatera Barat). Belakangan, para petani organik bahkan kewalahan mengimbangi permintaan pasar. Pada Oktober lalu, misalnya, diberitakan bahwa kelompok petani di Tasikmalaya, Jawa Barat, terpaksa menolak order enam ton beras organik dari pengusaha di Jakarta. Selain tumbangnya Orde Baru, peningkatan kesadaran menjaga kesehatan turut mendorong pamor produk pertanian organik. Berbagai riset membuktikan, timbunan residu zat kimia berperan meningkatkan risiko beragam penyakit, dari sakit mag, aneka jenis alergi, diabetes, hipertensi, jantung koroner, sampai stroke. Makanan organik, dalam hal ini, diyakini sebagai alternatif untuk menuju hidup lebih sehat. Hal ini pula yang membuat Rumah Sakit St. Carolus, Jakarta, memilih sayur dan buah organik sebagai bahan menu makanan pasien rawat inap. Melly Manuhutu merasakan khasiat makanan organik. "Badan terasa lebih segar dan bugar. Pusing-pusing hilang," katanya. Yacinta, 50 tahun, juga demikian. Penduduk Tebet, Jakarta, ini sudah lima tahun setia mengkonsumsi makanan organik. Hasilnya, tubuh terasa lebih segar dan keluarga Yacinta terbebas dari penyakit apa pun. Bahkan flu, pilek, dan demam pun tak pernah mampir pada Yacinta, suami, dan empat anaknya. "Kami enggak pernah repot-repot berobat ke dokter," kata Yacinta. Jelas bahwa makanan yang berkualitas, tanpa racun, telah sukses merawat dan membuat semua organ tubuh bekerja dengan baik pula. Ihwal kesehatan itu pula yang dengan jeli ditangkap para pebisnis. Di supermarket besar, produk pertanian organik dijual dengan harga yang bikin mata melotot saking mahalnya—dinaikkan ratusan persen dari harga pokok petani. Beras Taj Mahal, dengan klaim rendah karbohidrat, misalnya, dijual Rp 8.600 per kilogram atau hampir tiga kali lipat ketimbang beras konvensional. Satu bongkol brokoli organik di Plaza Senayan, Jakarta, dihargai Rp 15 ribu. Bandingkan dengan sebongkol brokoli biasa, yang hanya Rp 3.000-4.000. Tidak aneh jika kemudian makanan organik tampak sebagai gaya hidup yang mahal dan tidak terjangkau awam. Romo Agatho pun prihatin dengan gejala ini. Karena itu, Agatho menyiasati mahalnya harga jual dengan memotong jalur distribusi. Armada Agatho bersedia mengantar sayuran segar langsung (delivery order) dari Cisarua kepada konsumen di Jakarta. Syaratnya, sayur pesanan minimal Rp 500 ribu untuk sekali kirim. Jadi, "Ibu-ibu silakan berhimpun, bareng-bareng, untuk memesan sayur segar dari Cisarua," kata Royce Budiman dari bagian pemasaran Pertanian Agatho. "Harganya dijamin jauh lebih murah dibandingkan dengan yang dijajakan di supermarket," kata Roy berpromosi. Hanya, sekali lagi, jangan kaget bila nanti mendapati sayuran organik pesanan Anda tidak tampil montok dan seksi. Peyot sedikit tak apa, asalkan sehat dan merupakan hasil kerja yang selaras dengan alam. "Alam yang diperlakukan dengan cinta," Romo Agatho menekankan, "akan membalas memberikan yang terbaik untuk manusia." Mardiyah Chamim.


1 komentar:

  1. salam,,,,,
    kalau bisa info perlakuan K-Bioboost untuk tanaman jagung d postingkan karena sangat bermanfaat
    trims....

    BalasHapus

Tinggalkan pesan Anda disini!