K-BioBoost - More information

K-BioBoost - More information
Untuk informasi seputar K-BioBoost...klik disini..

Pupuk K-BioBoost Tingkatkan hasil petani KSB (Kab. Sumbawa Barat)

K-BioBoost
Sumbawa Barat, TMNews – Kehadiran pupuk K-Bioboost di Kabupaten Sumbawa Barat, kini mulai dirasakan manfaatnya oleh sejumlah petani setempat.Para petani mengaku setelah menggunakan pupuk K-Bioboost hasil pertaniannya meningkat.
Salah serorang petani padi asal Desa Banjar Taliwang, Iis Suprianto mengaku pada musim panen terakhir setelah menggunakan pupuk K-Bioboost terjadi peningkatan hasil produksi yang dirasakan, padahal penggunaan pupuk K-Bioboost hanya 2 kali dari 3 kali penyemprotan sesuai aturan sebenarnya.“Alhamdulillah, dengan menggunakan pupuk ini hasil panen kami meningkat, kalau sebelum menggunakan pupuk ini kami panen sebanyak 152 takaran kaleng (belik-red), pada panen kali ini setelah menggunakan pupuk K-Bioboost kami panen dengan hasil 186 takaran.” akunya.
Hebatnya lagi menurut Iis, setelah menggunakan pupuk K-Bioboost jangka waktu panen lebih cepat, bila dibandingkan dengan petani sekitar, atau sebelum menggunakan pupuk tersebut, dan hasil padi yang dipanen nampak lebih berisi.
Petani lainnya, Jamaluddin asal Sebubuk Kelurahan Kuang Taliwang, juga mengakui kelebihan pupuk K-Bioboost, ia mencoba penggunaan pupuk ini pada dua jenis tanaman yakni tanaman padi dan tanaman sayur terong.
Pada tanaman terong yang ditanam disekitar halaman rumahnya, terjadi perbedaan antara tanaman terong yang menggunakan pupuk K-Bioboost dengan yang tidak menggunakan.Ia sengaja membuat perbandingan dengan mengatur tanaman terong ini bersebelahan.
“Hasilnya nampak jelas, batang pohon kelihatan besar dan daun tanaman terong melebar, sedangkan yang tidak menggunakan pupuk K-Bioobost baik batang dan pohon nampak kecil dengan perbandingan 1 berbanding 4” ujarnya.
Begitupula pada jenis tanaman padi, ia menjelaskan sejauh ini sudah melakukan 2 kali penyemprotan, yang pertama 3 hari sebelum padi ditanami dan kedua setelah padi berumur 1 bulan, dan saat ini setelah usia tanaman padinya berumur 1 bulan setengah, kelihatan menunjukkan kemajuan yang begitu pesat.
Menurutnya, saat ini batang padi tumbuh hingga 19 batang padahal hanya ditanami antara 1 hingga 2 butir bibit padi, selain itu batang padi nampak begitu besar dan kokoh.Bila dibandingkan sebelum menggunakan Pupuk K-Bioobost sejauh ini perbedaannya sangat jauh.
“Perbedaan tersebut juga dapat kami lihat di ladang pertanian sebelah kami yang tidak menggunakan Pupuk ini, dimana waktu tanam kami sama namun perkembangannya berbeda, ladang disebelah kami tersebut sejauh ini baru tumbuh maksimal 6-10 batang dari 4-8 bibit padi yang ditanam” jelas Jamaluddin.
Sesuai aturannya, Jamaluddin akan melakukan 1 kali lagi penyemprotan dengan pupuk K-Bioboost yakni pada saat padi sudah membunting.Mengenai penggunaan pupuk lain yang biasa digunakan selama ini, seperti pupuk urea menurut Jamaluddin, tetap digunakan seperti biasa,hanya saja penggunaanya diturunkan hingga 50 persen.
“Nah justru itu kelebihan setelah kami mencoba pupuk K-Bioboost ini, sesuai anjuran sejauh ini kami bisa mengurangi 50 persen penggunaan pupuk urea, namun hasilnya justru lebih maksimal” tandasnya.
Pupuk K-Bioboost merupakan produk terbaru dari perusahaan K-LINK Indonesia, dan produk ini dipasarkan melalui Sistem pemasaran jaringan atau Network marketing.
Anggota Leaders Club atau Konsultan bisnis produk K-LINK di Sumbawa Barat, Sihabudin, AP menjelaskan, produk pupuk K-Bioboost terdaftar secara resmi di Departemen Pertanian, merupakan pupuk tanah organik berbentuk cairan yang telah diuji coba selama puluhan tahun oleh penemunya, Ir H.Cecep Suhendar,M.Si pakar pertanian asal Bandug alumnus Institut Pertanian Bogor, sebelum dipasarkan ke masyarakat.
Menurutnya pupuk ini, sangat aman dan ramah lingkungan karena bukan dari bahan kimia, pupuk ini dijamin mampu meningkatkan produktivitas pertanian untuk segala jenis tanaman antara 20 hingga 40 persen.
Aturan pakai pupuk ini dijelaskan mantan camat Maluk ini, yakni dengan melakukan penyemprotan pada tanah ladang atau sawah yang akan ditanami selama 3 kali, kalau pada jenis tanaman padi yakni penyemprotan pertama dilakukan 3 hari sebelum tanam, saat padi berumur 1 bulan dan penyemprotan terakhir saat padi sudah mulai membunting.

CM.Sihabudin

“ Penggunaan pupuk ini, ukurannya untuk 1 liter kemasan digunakan untuk  lahan seluas setengah hektar, dan takarannya untuk 1 tangki penyemprotan menggunakan 7 takaran tutup botol pupuk ini yang dicampur dengan air yang bersih, asal jangan dengan air yang mengandung kaporit, kelebihan dosis dari aturan sebenarnya pun tidak masalah dan justru semakin bagus, karena pupuk ini bukan dari bahan kimia” jelas Sihabuddin.
Sementara itu, Manager Stockis K-LINK Sumbawa Barat, Yenni Anggraini mengaku sejak beredar 4 bulan yang lalu di KSB, permintaan akan pupuk K-Bioboost terus meningkat, diharapkan dengan kehadiran pupuk ini, dapat membantu petani KSB mendapatkan hasil produksi yang berlipat ganda.
“Kami optimis dengan kehadiran pupuk K-Bioboost dapat membantu petani kita mendapatkan kesejahteraan, dan kami sebagai suplier produk ini di KSB siap membantu menyediakan stock yang lebih banyak kedepan seiring permintaan petani kita” terangnya, seraya menambahkan bahwa permintaan akan pupuk tersebut sejauh ini merata di seluruh KSB.(TM-1/Adv).

Persyaratan Teknis Pupuk Organik . . .

PERSYARATAN TEKNIS PUPUK ORGANIK
BERDASARKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN RI No.02/PERT/HK.060/2/2006
TANGGAL : 10 FEBRUARI 2006 TENTANG PUPUK ORGANIK DAN PEMBENAH TANAH
No
Parameter
Persyaratan
Padat
Cair
1
C-Organik (%)
> 12
≥  4,5
2
C/N rasio
10 - 25

3
Bahan ikutan (%)



(kerikil, beling, plastik)


4
Kadar air (%)



- Granule
4 - 12


- Curah
13 - 20

5
Kadar logam berat (ppm) :



- As (Arsen)
≤ 10
≤ 10

- Hg (Mercury)
≤ 1
≤ 1

- Pb (Timbal)
≤ 50
≤ 50

- Cd (Cadmium)
≤ 10
≤ 10
6
pH
4 - 8
4 - 8
7
Kadar total (%) :



- P2O5  (Senyawa Fosfat)
< 5
< 5

- K2O   (Senyawa Potasium)
< 5
< 5
8
Kadar unsur mikro (%) :



- Zn (Seng)
Maks. 0,5
Maks. 0,25

- Cu (Tembaga)
Maks. 0,5
Maks. 0,25

- Mn (Mangan)
Maks. 0,5
Maks. 0,25

- Co (Kobal)
Maks. 0,002
Maks. 0,005

- B   (Boron)
Maks. 0,25
Maks. 0,125

- Mo (Molibden)
Maks. 0,001
Maks. 0,001

- Fe (Besi)
Maks. 0,4
Maks. 0,04
9
Mikroba patogen (E. coli. Salmonella sp) (sel/g)
Dicantumkan
Dicantumkan

Keterangan : 
• Untuk C-organik 7 - 12% dimasukan sebagai pembenahan tanah 

Tempe Master in Japan

An Indonesian resident in a mountainous area in Kyoto, Japan, has put his heart and soul into making tempeh, Indonesian fermented soybean cake, with the goal of distributing it in Japan and ultimately worldwide.
Mr. Rustono

Rustono lives with his Japanese wife, Tsuruko Kuzumoto, and two daughters in a house adjacent to their workshop, about 30 minutes by car from JR Katata Station. The couple, both 40, say their daughters, aged 8 and 10, also help them pack tempeh, giving them a great deal of family time.


Packages of soybeans mixed with mould known as Rhizopus oligosporus are lined up on shelves in a fermentation room where the temperature is kept at 32 degrees Celcius with moderate moisture. “The mould in tempeh breathes and grows, so Indonesians who make it take care of it like their children,” Rustono said.

Tempeh, which originates on the island of Java, is a staple that is sold fresh at morning markets in Indonesia.

According to Rustono, a recipe in which strips of thinly sliced tempeh are stewed with such ingredients as red onions and garlic, and seasonings such as Indonesian ketchup before being deep-fried is very popular in the country.


Kuzumoto added, “Tempeh also can be eaten simmered in miso soup, but I often deep-fry it with (the flour and spices for fried chicken) because tempeh cooks well in oil.”

She first met Rustono during a trip to Indonesia in 1995 at a hotel where he worked in Yogyakarta. Rustono came to Japan in October 1997, and the couple married and started living in Uji, Kyoto Prefecture.

“I was dreaming of getting into the food business in Japan,” Rustono said, adding that he was also interested in traditional Japanese culture. Rustono began working at a confectionery in Uji where he had carefully observed inspection procedures and quality control techniques, and he later worked at a food factory chopping vegetables for another two years. It was around that time Rustono got the idea to make tempeh.
“I wanted to introduce an Indonesian ingredient to Japanese. I finally came up with tempeh, which is a delicious and healthy Indonesian food that has been popular in the US,” he said. As tempeh does not have a distinctive flavour, Rustono hoped Japanese would eat it fresh with soy sauce and other seasonings.


Based on a recipe his mother got from a neighbour, Rustono and his wife made 40 packages of tempeh daily. However, over a four-month stretch, they ran into difficulties that they suspected might have been due to the weather conditions in Japan. “The tempeh moulds didn’t promote fermentation in the soybeans, and the beans turned brownish,” Kuzumoto said.


Rustono added he knew little about making tempeh at the time and was unaware of the ideal temperature for fermentation or water quality issues. One day, after using spring water taken from a shrine in Fushimi Ward, Kyoto, he found that his soybeans had fermented and become covered with a white mat of mycelia. “The tempeh looked right, but I wasn’t sure whether it was good enough for the market,” Rustono said. So he made a trip to Indonesia and vastly increased his knowledge by visiting about 60 tempeh producers. In 2000, the couple moved to Otsu from Uji to look for clear water and established the Rusto’s Tempeh brand.

To make tempeh, whole soybeans are soaked in water for a few hours and then boiled. The boiled soybeans are then resoaked, cut in half and hulled before washing. The beans are then mixed with mould until the white mycelium binds the soybeans into a compact cake.


Rustono follows a similar cooking process as that practiced widely across Indonesia. The soybeans are cooked, the skins are removed and then rice yeast is added for fermentation, which takes several days.
The tempeh sometimes travels to clients hundreds of kilometers away via a cargo company which uses a chilled storage facility. “We freeze our tempeh so that it lasts longer and stays fresh during shipment,” he said. The fermented tempeh is then frozen before shipment. “We’ll know the quality of the tempeh when we open the door (of the fermentation room),” Rustono said. “If it’s good, it will have a sweet, nutty aroma. If it’s bad, it will smell strongly of ammonia.”

Many Indonesian customers have said the couple’s tempeh reminds them of home, while its mild taste is favoured among the Japanese. Hoping to develop a global clientele from a Japan base, Rustono said, “As Japan has strict food hygiene and quality control requirements, hopefully people in the US or Europe will have confidence in the quality of our tempeh.”
Mr.Rustono & His Wife Tsuruko Kuzumoto

Assisted by his wife and two children, who are seven and 10 years old, Rustono produces about 3,500 pieces of tempeh every five days. “The profits have allowed us to buy a 2,000 square-meter plot of land. I dream of building a bigger factory that can produce 10,000 pieces of tempeh (every five days) so I can supply tempeh to big supermarkets.

“That is my dream, to become a ‘tempeh king’ and dominate the tempeh market in Japan,” he said.



In Indonesia, where tempeh is widely available and inexpensive, people may think nothing of this food. But Rustono’s expertise has seen him invited to universities in Japan to speak as a guest lecturer.

“I am proud that I can promote Indonesia even though  just via tempeh,” Rustono said.

Rusto’s Tempeh, has become widely popular with his customers, 60 percent of whom are Japanese.


*The news about Rustono and his tempeh has been published previously by The Daily Yomiuri, Asia News Nation, The Brunei Times*



Photo Sources : The Jakarta Post, Kompas

In Japan, Even Children Love The Vegetables

Japan Farmers
Jepang dikenal sebagai negara paling maju di Asia. Namun tahukah anda, bahwa pertanian disana ternyata masih kuat nuansa ‘tradisional’nya?  Bagaimana itu? Mari kita simak selengkapnya!
Begitu kita berada di luar Tokyo, terjadilah anomali. Ini terjadi karena ternyata Negeri matahari terbit ini juga merupakan negeri para petani lokal/kecil. Di Fukuoka, kota terbesar nomor tujuh di Jepang, ladang padi yang damai terselip diantara rumah dan candi, dalam bayang-bayang pencakar langit yang hanya berjarak 10 mil.
Di iklim yang sangat kondusif ini, pertanian keluarga menanam buah dan sayuran dalam siklus tahunan, untuk memproduksi bahan pangan bagi kota berpenduduk 1,3 juta ini. Di daerah suburban, dimana pertanian lokal jauh lebih banyak, konsumen sering mendapatkan sayuran yang baru dipetik tadi pagi untuk makan malam. Di supermarket pada jantung kota Fukuoka, adalah umum untuk mendapatkan sayuran yang dipanen sehari sebelumnya.
Hasil pertanian segar 
Jika anda menggigit tomat atau stroberi disini, maka efek dari kesegarannya akan segera terasa. Mereka sangat penuh cita rasa, sehingga tidak perlu dipersiapkan lebih lanjut lagi. Bahkan anak-anak menyukai sayuran, termasuk juga yang dianggap tidak enak seperti bayam atau kacang-kacangan.
Jepang memiliki istilah untuk hasrat terhadap makanan lokal dan segar: chisan, chishou, yang berarti, ‘produksi lokal, dan konsumsi lokal’.
Preservasi chisan-chisou pada salah satu negara yang paling terurbanisasi di dunia merupakan teladan yang baik, bahwa di negara lain yang terurbanisasi hal ini juga dapat diterapkan.
Dengan perkecualian Hokkaido, pulau Jepang yang paling utara dan paling rural, sebagian besar pertanian di Jepang adalah operasi skala kecil yang dijalankan oleh beberapa anggota keluarga. Hasilnya tidak hanya pada kesegaran makanan lokal, namun juga dedikasi untuk terhadap produk. Anggur dan peach, diantara buah lain, mereka lindungi dengan pelindung, sewaktu masih tumbuh, untuk melindungi mereka dari serangga dan gangguan lain. Tanah pun dipetakkan dengan baik, sehingga sayuran akan tumbuh dari dalam beberapa kaki. Dengan bantuan dari rumah kaca, hal ini membantu pasokan tanaman dari musim semi, panas, gugur, dan dingin. Sebagian besar pekerjaan dilakukan oleh tangan. Petani Jepang memproduksi semangka kotak, dari trik bonsai dengan membentuk semangka menjadi kubus sewaktu ia tumbuh, sehingga ia dapat dimasukkan kedalam kulkas. Ini menunjukkan dedikasi mereka terhadap pertanian.
Bantuan Pemerintah 
Dalam era modern ini, generasi muda sudah mulai tidak tertarik atau mengapresiasi pertanian chisan chishou. Namun, pemerintah Jepang tidak tinggal diam. Mereka memberikan insentif-insentif, untuk mengakselerasi pertanian lokal. Di 20 tahun terakhir ini, pemerintah telah memfasilitasi pertanian lokal untuk memasuki pasar. Menjual tanah pertanian kepada kepentingan komersial, akan dipajaki sangat tinggi oleh pemerintah, sementara memberikan tanah tersebut ke anak untuk pertanian hanya dipajaki sangat minim. Pusat pertanian juga mengundang anak-anak sekolah untuk menanam dan memanen, untuk meningkatkan minat mereka. Pertanian kadang menjadi bagian dari kurikulum sekolah.
Minoru Yoshino dari Pusat Penelitian Pertanian Fukuoka menjabarkan peran pemerintah pada chisan-chishou dalam tiga hal. Makanan lokal yang segar adalah lebih sehat, dan rasa yang nikmat akan meningkatkan konsumsi sayuran. Sementara, pertanian lokal adalah lebih baik bagi kelestarian lingkungan, karena hanya memerlukan air dan pestisida lebih sedikit.

 Source : grobogan.go.id

Mengembangkan Usaha Pertanian Organik.

Horenso
Pertanian Organik kini menjadi idola baru dalam dunia bisnis pertanian (Agrobisnis), hal ini seiring dengan munculnya kegelisahan sekaligus kesadaran dari masyarakat mengenai pentingnya mengkonsumsi makanan, sayuran dan buah-buahan yang bebas dari bahan-bahan kimia. Produk pertanian selama ini menggunakan bahan kimia non alami, seperti pupuk, pestisida kimia sintetis dan hormon tumbuh dalam produksi pertanian. Gaya hidup sehat dengan slogan “Back to Nature” telah menjadi trend baru meninggalkan pola hidup lama yang penuh dengan bahan kimia.

Pertanian organik
adalah teknik budidaya pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami tanpa menggunakan bahan-bahan kimia sintetis. Tujuan utama pertanian organik adalah menyediakan produk-produk pertanian, terutama bahan pangan yang aman bagi kesehatan produsen dan konsumennya serta tidak merusak lingkungan. Gaya hidup sehat demikian telah melembaga secara internasional yang mensyaratkan jaminan bahwa produk pertanian harus beratribut aman dikonsumsi (food safety attributes), kandungan nutrisi tinggi (nutritional attributes) dan ramah lingkungan (eco-labelling attributes). Preferensi konsumen seperti ini menyebabkan permintaan produk pertanian organik dunia meningkat pesat.
Indonesia memiliki kekayaan sumberdaya hayati tropika yang unik, kelimpahan sinar matahari, air dan tanah, serta budaya masyarakat yang menghormati alam, potensi pertanian organik sangat besar. Pasar produk pertanian organik dunia meningkat 20% per tahun, oleh karena itu pengembangan budidaya pertanian organik perlu diprioritaskan pada tanaman bernilai ekonomis tinggi untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik dan ekspor.

Peluang Pertanian Organik di Indonesia

Luas lahan yang tersedia untuk pertanian organik di Indonesia sangat besar. Dari 75,5 juta ha lahan yang dapat digunakan untuk usaha pertanian, baru sekitar 25,7 juta ha yang telah diolah untuk sawah dan perkebunan (BPS, 2000). Pertanian organik menuntut agar lahan yang digunakan tidak atau belum tercemar oleh bahan kimia dan mempunyai aksesibilitas yang baik. Kualitas dan luasan menjadi pertimbangan dalam pemilihan lahan. Lahan yang belum tercemar adalah lahan yang belum diusahakan, tetapi secara umum lahan demikian kurang subur. Lahan yang subur umumnya telah diusahakan secara intensif dengan menggunakan bahan pupuk dan pestisida kimia. Menggunakan lahan seperti ini memerlukan masa konversi cukup lama, yaitu sekitar 2 tahun.
Volume produk pertanian organik mencapai 5-7% dari total produk pertanian yang diperdagangkan di pasar internasional. Sebagian besar disuplay oleh negara-negara maju seperti Australia, Amerika dan Eropa. Di Asia, pasar produk pertanian organik lebih banyak didominasi oleh negara-negara timur jauh seperti Jepang, Taiwan dan Korea.
Potensi pasar produk pertanian organik di dalam negeri sangat kecil, hanya terbatas pada masyarakat menengah ke atas. Berbagai kendala yang dihadapi antara lain:
  1. belum ada insentif harga yang memadai untuk produsen produk pertanian organik.
  2. perlu investasi mahal pada awal pengembangan karena harus memilih lahan yang benar-benar steril dari bahan agrokimia.
  3. belum ada kepastian pasar, sehingga petani enggan memproduksi komoditas tersebut.
Indonesia memiliki potensi yang cukup besar untuk bersaing di pasar internasional walaupun secara bertahap. Hal ini karena berbagai keunggulan komparatif antara lain :
  1. masih banyak sumberdaya lahan yang dapat dibuka untuk mengembangkan sistem pertanian organik, 
  2. teknologi untuk mendukung pertanian organik sudah cukup tersedia seperti pembuatan kompos, tanam tanpa olah tanah, pestisida hayati dan lain-lain.
Pengembangan selanjutnya pertanian organik di Indonesia harus ditujukan untuk memenuhi permintaan pasar global. Oleh sebab itu komoditas-komoditas eksotik seperti sayuran dan perkebunan seperti kopi dan teh yang memiliki potensi ekspor cukup cerah perlu segera dikembangkan. Produk kopi misalnya, Indonesia merupakan pengekspor terbesar kedua setelah Brasil, tetapi di pasar internasional kopi Indonesia tidak memiliki merek dagang.
Pengembangan pertanian organik di Indonesia belum memerlukan struktur kelembagaan baru, karena sistem ini hampir sama halnya dengan pertanian intensif seperti saat ini. Kelembagaan petani seperti kelompok tani, koperasi, asosiasi atau korporasi masih sangat relevan. Namun yang paling penting lembaga tani tersebut harus dapat memperkuat posisi tawar petani.

Pertanian Organik Modern

Beberapa tahun terakhir, pertanian organik modern masuk dalam sistem pertanian Indonesia secara sporadis dan kecil-kecilan. Pertanian organik modern berkembang memproduksi bahan pangan yang aman bagi kesehatan dan sistem produksi yang ramah lingkungan. Tetapi secara umum konsep pertanian organik modern belum banyak dikenal dan masih banyak dipertanyakan. Penekanan sementara ini lebih kepada meninggalkan pemakaian pestisida sintetis. Dengan makin berkembangnya pengetahuan dan teknologi kesehatan, lingkungan hidup, mikrobiologi, kimia, molekuler biologi, biokimia dan lain-lain, pertanian organik terus berkembang.
Dalam sistem pertanian organik modern diperlukan standar mutu dan ini diberlakukan oleh negara-negara pengimpor dengan sangat ketat. Sering satu produk pertanian organik harus dikembalikan ke negara pengekspor termasuk ke Indonesia karena masih ditemukan kandungan residu pestisida maupun bahan kimia lainnya.
Banyaknya produk-produk yang mengklaim sebagai produk pertanian organik yang tidak disertifikasi membuat keraguan di pihak konsumen. Sertifikasi produk pertanian organik dapat dibagi menjadi dua kriteria yaitu:

  1. Sertifikasi Lokal untuk pangsa pasar dalam negeri. Kegiatan pertanian ini masih    mentoleransi penggunaan pupuk kimia sintetis dalam jumlah yang minimal atau Low External Input Sustainable Agriculture (LEISA), namun sudah sangat membatasi penggunaan pestisida sintetis. Pengendalian OPT dengan menggunakan biopestisida, varietas toleran, maupun agensia hayati. Tim untuk merumuskan sertifikasi nasional sudah dibentuk oleh Departemen Pertanian dengan melibatkan perguruan tinggi dan pihak-pihak lain yang terkait.
  2. Sertifikasi Internasional untuk pangsa ekspor dan kalangan tertentu di dalam negeri, seperti misalnya sertifikasi yang dikeluarkan oleh SKAL ataupun IFOAM. Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi antara lain masa konversi lahan, tempat penyimpanan produk organik, bibit, pupuk dan pestisida serta pengolahan hasilnya harus memenuhi persyaratan tertentu sebagai produk pertanian organik.

Beberapa komoditas prospektif yang dapat dikembangkan dengan sistem pertanian organik di Indonesia antara lain tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, tanaman rempah dan obat, serta peternakan. Menghadapi era perdagangan bebas pada tahun 2010 mendatang diharapkan pertanian organik Indonesia sudah dapat mengekspor produknya ke pasar internasional.

Bayam Jepang (Horenso), Antipenuaan dan Tangkal Kanker.

Horenso - Bayam Jepang
Bayam berasal dari Amerika dan Selandia Baru. Di Eropa dan Australia, awalnya bayam adalah tanaman hias. Baru ditahun 1960-an penduduk Australia mulai melirik bayam sebagai bahan makanan.

Dua jenis bayam yang dikenal di Indonesia adalah bayam cabut/bayam sekul/bayam putih dan bayam tahun/bayam skop/bayam kakap. Bayam cabut disukai karena enak, lunak, memberikan rasa dingin di perut, dan melancarkan pembuangan kotoran. Bayam tahun memiliki ciri utama daun lebar.

Jenis bayam yang kini mulai dikenal adalah spinacia, yang hanya dimakan daunnya. Contoh spinacia adalah bayam Jepang atau lebih dikenal dengan sebutan "horenso." Bayam ini kini dapat ditemukan di berbagai supermarket di Indonesia. Pembudidayaan bayam ini umumnya dilakukan secara organik.

Seperti bayam umumnya, bayam Jepang kaya zat gizi. Zat gizi yang terkandung pada bayam adalah vitamin dan mineral. Vitamin yang banyak terkandung dalam bayam Jepang adalah vitamin K, A, C, B1, B2, B6, asam folat, dan vitamin E. Secangkir bayam rebus merupakan sumber mineral mangan, magnesium, besi, kalsium, kalium, tembaga, fosfor, dan seng.

Bayam merupakan sumber vitamin K yang baik. Vitamin ini berperan besar dalam pengaktifan banyak jenis protein yang terlibat dalam proses pembekuan darah. Vitamin K juga turut berperan dalam banyak proses yang terjadi pada tubuh.

Riset-riset terbaru menunjukkan vitamin K berperan sebagai antipenuaan yang lebih efektif dibandingkan dengan vitamin E. Vitamin K juga berperan dalam mencegah penyakit jantung dan stroke, karena dapat mengurangi pengerasan pembuluh darah oleh timbunan plak kalsium.

Beberapa penelitian juga menunjukkan vitamin K dapat bertindak sebagai racun dalam sel-sel kanker, tetapi tidak membahayakan sel-sel yang sehat. Fungsi lain yang turut dilaporkan adalah dalam mencegah penyakit alzheimer, pengontrolan kadar gula darah, serta mencegah sitokin, pembawa pesan yang berperan dalam menyebabkan pembengkakan pada sambungan tulang saat penuaan terjadi.

Sayuran ini juga merupakan sumber vitamin A yang sangat baik. Selain berguna untuk organ penglihatan di malam hari, vitamin A juga bermanfaat untuk kekebalan tubuh, pembentukan serta pemeliharaan sel-sel kulit, saluran pencernaan, dan selaput kulit.

Bayam merupakan sumber zat besi yang baik, sehingga diperlukan oleh wanita, terutama pada saat menstruasi untuk mengganti darah yang hilang. Zat besi merupakan komponen yang penting dalam hemoglobin. Bagi anak-anak di masa pertumbuhan bayam sangat baik, apalagi yang menderita anemia.



K-BioBoost - Teknologi untuk pertanian & masa depan kelestarian lingkungan.


No.L604/HAYATI/DEPTAN-PPI/VI/2010
K-BioBoost
Pertanian kita sudah sangat tergantung pada pupuk kimia dan pestisida, hal tersebut dapat menyebabkan kerusakan tanah dan pencemaran lingkungan. Penggunaan pupuk kimia dan pestisida dalam jangka panjang dapat menyebabkan peningkatan residu bahan kimia dalam tanah yang berakibat menurun nya produktifitas lahan karena terganggunya keseimbangan proses biokimia didalam tanah.

BioBoost adalah adalah pupuk hayati yang mengandung mikro organisme tanah yang unggul, bermanfaat untuk meningkatkan kesuburan tanah 
sebagai hasil proses bio-kimia tanah. Kombinasi penggunaan BioBoost dengan pupuk kimia, pupuk kandang atau kompos akan sangat baik untuk meningkatkan produktifitas lahan sehingga hasil pertanian akan meningkat baik mutu maupun jumlah hasil panennya.  

Pengelolaan Lahan Untuk Budidaya Sayuran Organik.


Go-organic Indonesia

"Pengelolaan lahan dengan budidaya pertanian organik sebagai salah satu alternatif strategis mempertahankan kesuburan tanah dan sumberdaya lahan berwawasan lingkungan"

Pencipta Reaktor Balon Biogas - Teknologi tepat guna

Andrias Wiji Setio Pamuji (27)
Di kalangan peternak sapi perah, terutama di Jawa Barat, membuat biogas dari kotoran sapi tengah menjadi kesenangan baru. Apalagi dalam kondisi persediaan bahan bakar minyak yang tidak menentu dan harganya terus melaju seperti sekarang.

Untuk itu, menghasilkan dan memanfaatkan gas hasil kerja sendiri merupakan kebanggaan tersendiri sehingga para peternak tidak perlu lagi membeli minyak tanah, gas elpiji, atau kayu bakar.

Jangan heran kalau mendatangi peternakan di daerah Lembang dan Cisarua, Kabupaten Bandung, Anda akan menemukan kantong plastik ukuran 5.000 liter dalam sebuah lubang dan kantong lainnya ukuran satu meter kubik mengapung di bawah atap yang disambungkan dengan pipa-pipa plastik.

Perlengkapan sederhana yang biasa terdapat dekat kandang sapi itu sebetulnya reaktor dan penampung biogas. Kotoran sapi yang sudah dicampur air dengan ukuran satu banding satu itu diubah menjadi gas. Gas itu dialirkan pada reaktor. Setelah menjadi gas kemudian dialirkan pada penampung gas. Melalui selang plastik, gas dialirkan lagi ke kompor gas di dapur untuk memasak.

Percobaan membuat reaktor sederhana dari plastik ini sudah dilakukan oleh Andrias Wiji Setio Pamuji (27) pada tahun 2000, saat ia masih kuliah tingkat III di Jurusan Teknik Kimia Departemen Teknik Industri Institut Teknologi Bandung (ITB).

Namun, Andrias baru memasarkannya pada 9 April 2005 setelah menyempurnakan percobaan-percobaannya. Reaktor biogas dari plastik ini sebelumnya pernah menang dalam Lomba Kreativitas Mahasiswa tahun 2002 yang diadakan oleh Direktorat Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Andrias sudah lama mengetahui bahwa kotoran sapi bisa dijadikan gas. Namun, kesempatan membuktikan hal tersebut baru kesampaian saat ia kuliah. Saking penasaran, ia membawa kotoran sapi yang sudah dicampur air dari sebuah peternakan. Kotoran sapi itu ia bawa dengan jeriken ukuran lima liter.

Sampai di rumah indekos, jeriken tetap ditutup agar terjadi fermentasi pada kotoran sapi. Setelah sebulan, jeriken dibuka dan di atas lubang jeriken dipasang plastik. Plastik langsung mengembang.

Andrias yang berasal dari Desa Ngrendeng, Kecamatan Sine, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, itu segera mencari pucuk bolpoin yang terbuat dari logam. Pucuk pulpen ini ditusukkan pada plastik dan keluarlah gas. Ia menyulutnya dengan korek api. "Ternyata betul, kotoran sapi bisa jadi gas dan bisa dibakar," ujarnya.

Andrias terus memodifikasi peralatan dengan menggunakan uang bantuan dari teman- temannya. Percobaan demi percobaan ia lakukan untuk bisa menghasilkan reaktor dan penampung gas berharga murah dan berkapasitas mencukupi untuk kebutuhan rumah tangga.

Sampai akhirnya, dari percobaan demi percobaan, ia menghasilkan reaktor dari plastik dengan tebal 250 mikron serta menciptakan kompor untuk jenis gas metana.

Ia baru memasarkan reaktor tersebut pada April 2005. Saat itu dirasa tepat sebab harga bahan bakar minyak (BBM) terus naik. "Saya sudah memprediksi bahwa BBM akan mahal. Tapi kalau dulu, harga BBM alternatif masih lebih mahal dari BBM yang ada. Sulit bagi masyarakat untuk berpaling," kata Andrias.

Kini reaktor biogas buatannya sudah digunakan oleh 66 peternak sapi perah di Subang, Bandung, Garut, Tasikmalaya, dan Padang, Sumatera Barat, menyusul Bali, Jawa Tengah, dan Lampung.

Sebetulnya, segala kotoran binatang bisa digunakan, termasuk kotoran manusia. Hanya saja teknologi terbentur oleh asas kepantasan dalam masyarakat. Sampah organik juga bisa dipakai sebagai bahan pokok pembuatan gas. Reaktor bisa ditempatkan di tempat penampungan akhir (TPA) sampah.

Pada TPA yang mendapat kiriman sampah sebanyak 5.000 meter kubik per hari bisa dihasilkan gas sebanyak 25.000 meter kubik per hari atau setara dengan 31,25 juta watt listrik. Itu juga bisa mengalirkan listrik bagi sekitar 2.500 rumah tangga.

Andrias menjual reaktornya dengan harga Rp 1,5 juta, termasuk pemasangan.

Keseriusan dalam kerja sama penting karena penjualan reaktor biogas harus diikuti dengan layanan purnajual yang memuaskan agar masyarakat tidak merasa tertipu. "Kalau pemakai merasa banyak keluhan dalam menggunakan reaktor biogas, mereka tidak akan percaya bahwa kotoran sapi betul-betul bermanfaat," ujar Andrias.

Ia mengatakan, sampai kini gas yang dihasilkan belum dapat dikemas dalam tabung karena gas dari kotoran sapi adalah jenis metana (CH4). Sementara gas yang dikemas dalam tabung merupakan gas yang bisa dicairkan, yang berasal dari jenis butana (C4 H10) dan pentana (C5H12). Gas yang bisa dicairkan bisa masuk dalam tabung dengan volume jauh lebih banyak. Namun, metana tidak bisa demikian.

"Tapi biasanya dalam dunia teknologi, segala sesuatu akan terus berkembang. Mudah-mudahan ada dana untuk meriset lagi agar tidak hanya peternak sapi yang bisa merasakan manfaat biogas ini," kata Andrias.

Sejauh ini, bagi masyarakat yang ingin menikmati biogas dari kotoran sapi dan bagi peternak yang ingin menjual biogasnya kepada tetangga baru bisa dilakukan dengan sistem jaringan gas yang dihubungkan dengan selang-selang, seperti penggunaan gas pada zaman dahulu. Untuk menghitung pemakaian, digunakan meteran.

Andrias adalah anak bungsu dari tiga bersaudara. Anak petani ini sering penasaran dan ingin membuktikan teori-teori yang didengarnya dengan cara melakukan percobaan.

Waktu kecil ia pernah membuat listrik dan perahu motor mainan dengan penggerak kincir angin. Kincir angin dibuat dari pemutar kaset dalam tape. Andrias juga senang bertani dan beternak. Tanaman dan hewan ia rawat dengan kasih sayang. Ini adalah ajaran dari ibunya.

Sejak kecil Andrias sering membantu orangtuanya bekerja di sawah. Ibunya sering menunjukkan kepadanya sawah-sawah yang subur dan kering. "Sawah yang hijau dan subur itu setiap hari ditengok petani. Kalau yang coklat itu jarang ditengoki petaninya," kenang Andrias menirukan kalimat ibunya.

Perkataan itu mengartikan, sawah yang sering ditengok akan lebih terawat. Perawatan itu adalah cermin dari ketekunan. Tekun, itulah yang menjadi prinsip hidup Andrias.

Suami dari Mila Juliani Perangin-angin (24) dan ayah dari Aldo Adicipta Yanuar (7 bulan) ini pun membuat dan memasarkan reaktor dengan ketekunannya. Meskipun sudah 66 orang menggunakan reaktornya, keuntungan materi belum ia rasakan. "Yang penting masyarakat bisa menerimanya dulu," kata Andrias menekankan.



Sumber : Kompas (15 Agustus 2005) 

Membangun Pertanian Organik di Indonesia

Oleh Kabelan Kunia, M.Si.

Memasuki abad ke-21 banyak keluhan-keluhan masyarakat utamanya masyarakat menengah ke atas tentang berbagai penyakit seperti stroke, penyempitan pembuluh darah, pengapuran, diabetes, ginjal dan lain-lain. Hal ini disebabkan pola dan jenis makanan yang salah. Banyak sekali bahan makanan yang diolah dengan berbagai tambahan bahan kimia. Di samping itu budaya petani yang menggunakan pestisida kimia dengan frekuensi dan dosis berlebih akan menghasilkan pangan yang meracuni tubuh konsumen. Adanya logam-logam berat yang terkandung di dalam pestisida kimia akan masuk ke dalam aliran darah. Bahkan makan sayur yang dulu selalu dianggap menyehatkan, kini juga harus diwaspadai karena sayuran banyak disemprot pestisida kimia secara berlebihan.

Peluang Indonesia menjadi produsen pangan organik dunia, cukup besar. Di samping memiliki 20% lahan pertanian tropik, plasma nutfah yang sangat beragam, ketersediaan bahan organik juga cukup banyak. Namun menurut IFOAM (International Federation of Organik Agricultural Movement) Indonesia baru memanfaatkan 40.000 ha (0.09%) lahan pertaniannya untuk pertanian organik, sehingga masih diperlukan berbagai program yang saling sinergis untuk menghantarkan Indonesia sebagai salah satu negara produsen organik terkemuka.

Indonesia yang beriklim tropis, merupakan modal SDA yang luar biasa dimana aneka sayuran, buah dan tanaman pangan hingga aneka bunga dapat dibudidayakan sepanjang tahun.
Petanian Organik adalah sebuah bentuk solusi baru guna menghadapi kebuntuan yang dihadapi petani sehubungan dengan maraknya intervensi barang-barang sintetis atas dunia pertanian sekarang ini. Dapat kita saksikan, mulai dari pupuk, insektisida, perangsang tumbuh, semuanya telah dibuat dari bahan-bahan yang disintesis dari senyawa-senyawa murni (anorganik) di laboratorium.

Kita tahu di negara lain, khususnya di negara-negara Eropa, Amerika Latin, dan Amerika Serikat pertanian organik merupakan sektor pangan yang paling cepat pertumbuhannya. Laju pertumbuhan penjualan pangan organik berkisar dari 20-25% pertahun selama dekade terakhir ini.



Source : KUNIA Organic Farming & Research


Manfaat sayuran organik.

Bukti semakin tingginya kesadaran masyarakat akan hidup sehat salah satunya adalah dengan menerapkan pola dan menu makanan yang sehat.  Banyak jenis-jenis penyakit baru yang bermunculan serta tingginya resiko terkena penyakit karena pola hidup dan makanan yang salah. 
Kini, sayuran organik menjadi salah satu tren baru dalam dunia kesehatan khususnya makanan sehat.  Manfaat sayuran organik ini sangat banyak bagi kesehatan tubuh kita.

Perbedaan Sayuran Organik dan Sayur Non Organik
Sebenarnya apa sih sayuran organik itu?  Secara fisik terlihat sama saja dengan sayuran non organik yang ada selama ini. 
Tapi yang jelas, manfaat sayuran organik ini lebih banyak dan menguntungkan bagi kesehatan lho!  Yuk, mari kita lihat perbedaannya antara lain :
Sayuran organik ini tidak menggunakan pupuk buatan.  
Kalau menanam sayuran pada umumnya petani menggunakan tambahan pupuk buatan seperti Urea, KCl dan lainnya untuk membantu pertumbuhan tanaman. 
Tapi, khusus pada sayuran organik tidak menggunakan pupuk buatan sama sekali.  Hanya menggunakan tambahan pupuk alam, seperti kompos dan pupuk kandang yang berasal dari  kotoran hewan.
Sayuran organik ini dalam proses penanamannya tidak disemprot dengan pestisida seperti insektisida maupun herbisida dan lainnya. 
Untuk menanggulangi hama dan penyakit yang datang, biasanya pertanian organik ini dibuat rotasi atau pergantian tanaman dalam satu area dan waktu tertentu, atau menggunakan predator dari hama tersebut.

Manfaat Sayuran Organik
Sekarang tidak sulit untuk menemukan sayuran organik karena sayuran ini sudah banyak yang menanam dan menjualnya.  Manfaat sayuran organik yang berguna bagi kesehatan tubuh kita antara lain:
Lebih segar , enak dan tidak cepat busuk.
Sayuran organik rasanya lebih manis, renyah dan segar.  Hal ini disebabkan kandungan air dalam sayur tidak terlalu banyak.  Selain itu, kandungan air yang sedikit dibandingkan dengan sayuran non organik membuat sayur organik ini lebih tahan lama dari proses pembusukan.
Aman dari kandungan zat kimia berbahaya.
Manfaat sayuran organik ini untuk mencegah/mengurangi masuknya zat-zat kimia dari pupuk buatan maupun pestisida dalam sayuran ke tubuh.  Residu atau endapan dari zat kimia tadi bisa membahayakan dan menyebabkan berbagai penyakit seperti kanker.
Sayuran organik memiliki kandungan gizi yang lebih tinggi seperti kandungan mineral dibandingkan sayuran non organik. Sayuran yang ditanam secara organik memang sangat menyehatkan bagi tubuh.
Secara fisik, mungkin agak membingungkan saat memilih yang mana sayuran organik dan non organik. Ada satu cara praktis untuk membedakannya.  Pilihlah sayuran yang tampilan fisiknya tidak mulus/agak jelek.  Perhatikan daun atau batang sayuran, jika ada daun yang berlubang atau dimakan ulat/serangga, berarti sayuran tersebut aman untuk dimakan.  


Sehat dengan sayuran organik.

Si Peyot pun Kembali Dilirik

Wortel-wortel itu memang kurang seksi. Bentuknya kadang peyot, tidak gendut, dan juga tidak mulus menggoda seperti wortel yang biasa dipajang di etalase supermarket. Tapi, jangan keliru, justru yang peyot itulah yang kini banyak dicari konsumen di Jakarta dan kota besar lainnya. "Itu wortel organik," kata Melly Manuhutu, 28 tahun. Artis penyanyi ini gandrung berat pada produk pertanian yang bebas racun pestisida. Tidak tanggung-tanggung, sejak setahun lalu, perempuan kelahiran Ambon ini serius berbisnis sayuran organik. Bersama sang suami, Pracaka Kasmir, dia mengelola ladang seluas tiga hektare di Desa Ciburial, Puncak, Jawa Barat. Hasilnya, 45 jenis sayuran organik dipasarkan sendiri oleh Melly-Pracaka. "Kami jualan dari pintu ke pintu, lo," kata Melly sambil tersenyum lebar. Tunggu dulu. Jangan membayangkan nyonya muda nan seksi itu berjualan sayur seperti si mbok berkain panjang di pasar tradisional yang becek. Melly menjajaki pasar yang lebih berkelas seperti restoran, kalangan ekspatriat, selebriti, dan ibu-ibu yang peduli kesehatan. Setiap harinya Melly memasok puluhan kilogram daun selada segar, timun jepang, peterseli, seledri, dan bayam untuk berbagai restoran di Jakarta—antara lain Restoran Jepang Aozora, Bakmi Akoen, dan Ayam Goreng Gantari. Betul, produk pertanian organik sedang naik daun di seluruh dunia. Di Amerika, misalnya, pada 1980, pasar sayur dan buah organik hanya senilai US$ 34 juta. Berangsur-angsur permintaan produk organik terus meningkat sehingga, pada 2001, pasar ini telah bernilai US$ 12 miliar. Tren makanan organik bermula pada awal 1980-an, ketika gelombang revolusi hijau dikritik habis-habisan. Program intensifikasi pertanian dengan pupuk dan pestisida kimia ini bermula di Meksiko pada 1944, menyebar ke seluruh jagat dengan sokongan penuh Bank Dunia. Produksi pangan memang meningkat pesat dengan adanya revolusi. Tapi dampaknya pun begitu dahsyat sehingga revolusi hijau disebut-sebut sebagai bencana lingkungan terbesar abad ke-20. Betapa tidak, zat-zat kimia dari pupuk dan pestisida menumpuk di dalam sayur dan buah-buahan. Pelahan-lahan, residu zat kimia itu terakumulasi meracuni tubuh kita. Selain itu, kualitas kesuburan tanah menjadi korban. Unsur hara lapisan tanah atas (top soil)—nitrogen, kalsium, kalium—terkuras habis. Petani pun terpaksa terus-menerus bergantung pada pupuk dan pestisida kimia, yang harganya terus melonjak. Walhasil, banyak petani terjerat pusaran kemiskinan. Indonesia sendiri tersedot gelombang revolusi hijau sejak 1970-an. Pemerintah Orde Baru begitu agresif memaksakan teknologi pertanian ke segenap dusun. Petani yang menolak ikut serta, yang setia bertanam cara kuno dengan bibit lokal dan pupuk kandang, dianggap sebagai pemberontak yang membahayakan pembangunan. Untunglah, di tengah politik pertanian Orde Baru yang mencekik, tetap ada pihak-pihak yang setia menumbuhkan pertanian organik. Romo Agatho Elsener, 71 tahun, warga negara Indonesia kelahiran Italia, adalah contoh yang tak bisa diabaikan. Sesungguhnya Agatho sama sekali tidak punya latar belakang petani. Kakeknya pendiri perusahaan pisau lipat ternama Victorinox di Swiss. Tapi lelaki ini tidak berniat mengeduk uang dengan membuat pabrik pisau yang diwarisinya lebih meraksasa. Dua puluh tahun terakhir, Agatho memilih menjadi petani di Desa Tugu Selatan, Cisarua, Jawa Barat. "Saya cinta tanah dan ingin memuliakannya," katanya. Di area sejuk seluas 10 hektare yang bernama Pertanian Organik Agatho itu dikembangkan 60 komoditas, termasuk padi, jagung, okra, brokoli, juga kentang serta bit. Di sini, setiap jengkal tanah diolah dengan perhatian penuh. Ada 50 karyawan—belasan di antaranya adalah insinyur pertanian—yang hari demi hari memastikan puluhan ribu tanaman diperlakukan selaras dengan alam. Tanaman yang beraroma tajam, misalnya kenikir dan sereh wangi, sengaja dipelihara di sela-sela tanaman lain untuk mengusir hama. Lalu, secara bergantian, petak-petak lahan ditanami Leguminaceae (keluarga kacang-kacangan) demi memelihara kesuburan tanah. "Tanaman ini efektif menangkap unsur nitrogen dari udara," kata Dwipoyono, karyawan Agatho, "Jadi, enggak perlu pupuk nitrogen bikinan pabrik." Pada awal perkembangan ladangnya, 1980-an, Agatho sedikit-banyak juga merasakan tekanan pemerintah Orde Baru. Petugas penyuluh pertanian berkali-kali mendatangi dan mempertanyakan metodenya. Untunglah, dengan nada persuasif, pastor ini bisa menjelaskan makna bertani organik. Si petugas pun manggut-manggut setuju. Dia bilang, kata Agatho menirukan petugas, "Teruskan saja, Romo. Kelak pemerintah pasti akan sadar dan belajar kepada Anda." Benar saja. Setelah Orde Baru tumbang, Mei 1998, tidak sedikit pejabat yang mendatangi Pertanian Agatho. Utusan pemerintah, dari berbagai instansi, hilir-mudik mendatangi Agatho untuk belajar tata-cara bertani selaras alam. Seiring dengan itu, kelompok petani organik pun makin semarak di berbagai tempat, antara lain di Malang (Jawa Timur), Ganjuran (Yogyakarta), Cianjur (Jawa Barat), dan Agam (Sumatera Barat). Belakangan, para petani organik bahkan kewalahan mengimbangi permintaan pasar. Pada Oktober lalu, misalnya, diberitakan bahwa kelompok petani di Tasikmalaya, Jawa Barat, terpaksa menolak order enam ton beras organik dari pengusaha di Jakarta. Selain tumbangnya Orde Baru, peningkatan kesadaran menjaga kesehatan turut mendorong pamor produk pertanian organik. Berbagai riset membuktikan, timbunan residu zat kimia berperan meningkatkan risiko beragam penyakit, dari sakit mag, aneka jenis alergi, diabetes, hipertensi, jantung koroner, sampai stroke. Makanan organik, dalam hal ini, diyakini sebagai alternatif untuk menuju hidup lebih sehat. Hal ini pula yang membuat Rumah Sakit St. Carolus, Jakarta, memilih sayur dan buah organik sebagai bahan menu makanan pasien rawat inap. Melly Manuhutu merasakan khasiat makanan organik. "Badan terasa lebih segar dan bugar. Pusing-pusing hilang," katanya. Yacinta, 50 tahun, juga demikian. Penduduk Tebet, Jakarta, ini sudah lima tahun setia mengkonsumsi makanan organik. Hasilnya, tubuh terasa lebih segar dan keluarga Yacinta terbebas dari penyakit apa pun. Bahkan flu, pilek, dan demam pun tak pernah mampir pada Yacinta, suami, dan empat anaknya. "Kami enggak pernah repot-repot berobat ke dokter," kata Yacinta. Jelas bahwa makanan yang berkualitas, tanpa racun, telah sukses merawat dan membuat semua organ tubuh bekerja dengan baik pula. Ihwal kesehatan itu pula yang dengan jeli ditangkap para pebisnis. Di supermarket besar, produk pertanian organik dijual dengan harga yang bikin mata melotot saking mahalnya—dinaikkan ratusan persen dari harga pokok petani. Beras Taj Mahal, dengan klaim rendah karbohidrat, misalnya, dijual Rp 8.600 per kilogram atau hampir tiga kali lipat ketimbang beras konvensional. Satu bongkol brokoli organik di Plaza Senayan, Jakarta, dihargai Rp 15 ribu. Bandingkan dengan sebongkol brokoli biasa, yang hanya Rp 3.000-4.000. Tidak aneh jika kemudian makanan organik tampak sebagai gaya hidup yang mahal dan tidak terjangkau awam. Romo Agatho pun prihatin dengan gejala ini. Karena itu, Agatho menyiasati mahalnya harga jual dengan memotong jalur distribusi. Armada Agatho bersedia mengantar sayuran segar langsung (delivery order) dari Cisarua kepada konsumen di Jakarta. Syaratnya, sayur pesanan minimal Rp 500 ribu untuk sekali kirim. Jadi, "Ibu-ibu silakan berhimpun, bareng-bareng, untuk memesan sayur segar dari Cisarua," kata Royce Budiman dari bagian pemasaran Pertanian Agatho. "Harganya dijamin jauh lebih murah dibandingkan dengan yang dijajakan di supermarket," kata Roy berpromosi. Hanya, sekali lagi, jangan kaget bila nanti mendapati sayuran organik pesanan Anda tidak tampil montok dan seksi. Peyot sedikit tak apa, asalkan sehat dan merupakan hasil kerja yang selaras dengan alam. "Alam yang diperlakukan dengan cinta," Romo Agatho menekankan, "akan membalas memberikan yang terbaik untuk manusia." Mardiyah Chamim.